MATERI ADMINISTRASI SISTEM JARINGAN (C3) KELAS XI TKJ
Menginstalasi Sistem Operasi Jaringan
Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan sistem operasi jaringan.
4.1 Menginstalasi sistem operasi jaringan.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan peserta didik mampu
1. memilih dan memahami konsep dan fungsi sistem operasi jaringan;2. menginstalasi sistem operasi jaringan pada Debian 8.0;
3. mengonfigurasi sistem operasi jaringan; serta
4. menguji dan mengaplikasikan sistem operasi jaringan.
Sistem operasi merupakan penghubung antara pengguna komputer dengan perangkat keras komputer. Sistem operasi secara umum didefinisikan sebagai suatu pengelola seluruh sumber daya yang terdapat pada sistem komputer dan menyediakan sekumpulan layanan ke pemakai sehingga memudahkan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya sistem komputer. Sistem operasi jaringan atau sistem operasi komputer yang dipakai sebagai server dalam jaringan komputer hampir mirip dengan sistem operasi komputer stand alone. Perbedaanya hanya pada sistem operasi jaringan dengan salah satu komputer harus bertindak sebagai server bagi komputer lainnya. Sistem operasi dalam jaringan selain berfungsi mengelola sumber daya dirinya, juga untuk mengelola sumber daya komputer lain yang tergabung dalam jaringan.
Instalasi Sistem Operasi Jaringan
Instalasi merupakan hal yang dilakukan paling awal sebelum membangun server. Instalasi mencakup dua hal, instalasi perangkat keras dan perangkat lunak. Sebagai server yang akan melayani komunikasi antarjaringan, sebuah server minimal harus memiliki dua kartu jaringan. Satu untuk jaringan internal dan lainnya untuk jaringan eksternal. Persyaratan lainnya dalam instalasi server mengikuti syarat umum instalasi sistem operasi, seperti
1. jumlah RAM yang diperlukan;
2. besar ruang hard disk yang akan digunakan;
3. tipe dan kecepatan prosesor; dan
4. resolusi video/layar (diperlukan untuk sistem operasi GUI).
Informasi ini biasanya telah disediakan oleh perusahaan penyedia sistem operasi yang bersangkutan. Misalnya, untuk sistem operasi Debian Wheezy dengan desktop memerlukan syarat perangkat komputer antara lain
1. prosesor minimal Pentium IV 1 GHz;
2. RAM minimal 128 MB (disarankan 512 MB); dan
3. hard disk minimal 5 GB.
Metode Instalasi Sistem Operasi
Sistem operasi diinstal ke dalam bagian tertentu dari hard disk. Lokasi tertentu ini biasa dikenal dengan istilah partisi disk. Terdapat sejumlah metode yang dapat digunakan untuk menginstal sistem operasi. Penentuan metode ini berdasarkan pada kondisi hardware, persyaratan sistem operasinya, dan kebutuhan user. Berikut ini empat pilihan jenis instalasi sistem operasi.
1. Instalasi Baru
Opsi ini dapat digunakan apabila jaringan yang akan dibangun termasuk jaringan baru atau adanya penambahan perangkat server baru yang tidak mendukung sistem operasi jaringan yang ada saat ini. Jika memilih opsi ini, semua data pada partisi terpilih akan dihapus. Apabila ada aplikasi yang sudah terinstal sebelumnya pada sistem operasi lama perlu diinstal kembali.2. Upgrade
Opsi ini banyak digunakan pada sistem-sistem jaringan yang sudah berjalan. Opsi ini biasanya dilakukan karena adanya perbaikan fitur yang ada pada sistem operasi yang digunakan, termasuk juga karena fitur baru yang memang diperlukan. Dengan memilih opsi ini, aplikasi yang sudah terinstal sebelumnya kemungkinan akan tetap dapat digunakan setelah upgrade. Opsi upgrade hanya akan mengganti file-file sistem operasi sebelumnya dengan yang baru.
3. Multi-Boot
Apabila disyaratkan untuk ada lebih dari satu sistem operasi dalam satu komputer, opsi ini dapat dipilih untuk memungkinkan penggunaan lebih dari satu sistem operasi. Setiap sistem operasi akan ditempatkan pada partisinya masing-masing. Oleh karena itu, perlu ada persiapan partisi sebelum melakukan instalasi multi-boot ini.
4. Virtualisasi
Virtualisasi merupakan teknik yang memungkinkan instalasi sistem operasi dilakukan di atas sistem operasi yang ada saat ini. Tidak dalam partisi tertentu, namun dalam suatu file tertentu. File ini menjadi perwakilan dari suatu sistem komputer virtual. Satu komputer dapat memiliki lebih dari satu komputer virtual. Oleh karena itu, instalasi lebih dari satu sistem operasi juga dimungkinkan dengan teknik ini. Beberapa aplikasi yang memungkinkan untuk membuat sistem virtual ini adalah VirtualBox, VMWare, dan Virtual PC.
1. Struktur Partisi yang akan Digunakan
Salah satu teknik yang digunakan untuk mengamankan data yang ada di komputer adalah dengan membuat partisi yang berbeda untuk sistem dan data. Dengan adanya pemisahan, akan memungkinkan jika sistem tersebut di-upgrade tanpa memengaruhi datanya. Pembagian ini juga dapat membantu dalam proses backup dan restore.
2. Penentuan Jenis Sistem File
Sistem file merupakan sistem manajemen file yang diterapkan sistem operasi untuk mengelola file-file yang tersimpan di hard disk. Ada banyak sistem file yang telah dikembangkan saat ini. Beberapa yang sering digunakan, di antaranya FAT16/32, NTFS, HPFS, ext2, ext3, dan ext4. Setiap sistem operasi dapat memiliki lebih dari satu sistem file. Seperti Linux Ubuntu yang dapat mengelola hampir semua sistem file yang ada. Setiap sistem file yang dipilih memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Saat ini telah banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk mengolah partisi dan sistem file pada hard disk. Perubahan partisi yang dilakukan setelah instalasi dapat memungkinkan terjadinya kehilangan data. Oleh karena itu, diperlukan adanya perencanaan yang baik terkait penentuan struktur dan sistem file yang akan digunakan. Ada banyak partisi yang dapat dibuat untuk sistem operasi Linux.
Berikut ini partisi-partisi yang umum digunakan.
a. / adalah partisi utama (root) pada sistem operasi Linux. Peranannya mirip seperti drive C pada Windows XP. Pada setiap instalasi Linux, partisi harus selalu dibuat. Sistem file yang biasa digunakan untuk memformat partisi berupa ext4. Minimal besarnya partisi 5 GB. Dalam hal ini disarankan minimal 8 GB agar lebih leluasa menginstal program lainnya.
b. /home adalah partisi untuk user. Partisi ini dapat berisi data user. Data dapat berupa dokumen, gambar, audio, video, dan konfigurasi aplikasi user. Partisi ini serupa dengan folder documents and settings atau users pada Windows. Partisi dapat dijadikan satu dengan partisi root (/) atau pada partisi sendiri. Sistem file pada partisi juga biasanya menggunakan ext 4. Besarnya partisi dapat ditentukan berdasarkan banyaknya data yang kemungkinan akan dihasilkan.
c. /boot merupakan partisi yang berisi aplikasi booting (menjalankan) sistem operasi. Partisi ini tidak harus dibuat. Jika dibuat akan berguna nantinya pada saat instalasi multi-boot sistem operasi. Sistem filenya juga secara umum dapat menggunakan ext4.
d. Swap adalah partisi RAM pada sistem Linux. Partisi ini dapat digunakan sebagai RAM tambahan (memori virtual). Partisi ini berguna pada saat sistem kehabisan RAM (fisik). Semakin banyak jumlah aplikasi yang dijalankan semakin besar jumlah RAM yang digunakan. Pada saat sistem kehabisan RAM, Linux dapat menggunakan partisi swap sebagai RAM tambahan. Dalam Linux terdapat istilah swapping yang digunakan untuk menunjukkan proses pemindahan page dari memori RAM ke swap. Page adalah blok-blok pada memori. Ukuran dari partisi ini minimal sama dengan besarnya RAM yang ada. Namun disarankan agar besarnya swap dua kali RAM.
e. http://distrowatch.com/, pada situs ini akan ditampilkan data statistik setiap distro linux yang ada diurutkan mulai dari yang terbanyak hingga saat tulisan ini dibuat tiga distro teratas pada minggu ini, meliputi Linux Mint, Ubuntu, dan Debian. Selain itu, terdapat halaman http://w3techs.com/technologies/details/ os-linux/all/all yang juga menampilkan statistik penggunaan Linux.
f. http://www.zegeniestudios.net/ldc/ digunakan bagi pengunjung untuk menentukan distro yang cocok karena akan dipandu dengan pertanyaan- pertanyaan seputar kebutuhan Linux yang diharapkan. Sampai saat buku ini dibuat, bahasa yang didukung masih sedikit dengan bahasa utamanya berupa bahasa Inggris. Terdapat sekitar 16 pertanyaan yang akan diberikan. Hasil akhirnya memuat rekomendasi beberapa distro Linux yang mungkin sesuai.
Setiap distro ada yang menjadi turunan dari distro lainnya, seperti Ubuntu turunan dari Debian dan Mint yang termasuk turunan dari Ubuntu/Debian. Walaupun berbeda, setiap distro tetap menjalankan sistem Linux yang sama. Terkait dengan metode instalasi, secara umum terdapat beberapa persamaan seperti adanya pembuatan partisi, user, keyboard, dan pewaktuan. Sebagai gambaran, berikut ini poin-poin instalasi sistem operasi Debian.
1) Konfigurasi BIOS untuk dapat melakukan boot melalui CD/DVD.
2) Pemilihan mode instalasi teks atau grafis (GUI).
3) Pemilihan bahasa, lokasi saat ini dan jenis keyboard.
4) Pengaturan jaringan dan nama host (komputer).
5) Penentuan password untuk user root.
6) Pembuatan user baru.
7) Penentuan pewaktuan sesuai lokasi saat ini.
8) Penentuan skema partisi yang akan digunakan.
9) Pengelolaan sumber paket aplikasi (CD atau mirror).
10) Pemilihan aplikasi yang akan diinstal.
11) Instalasi boot loader.
Langkah-Langkah Menginstalasi Sistem Operasi Jaringan
Pada praktikum ini akan dilakukan instalasi sistem operasi Ubuntu dengan menggunakan virtualisasi. Persiapan yang perlu dilakukan sebagai berikut.
1. Sistem operasi yang digunakan untuk instalasi ini Microsoft Windows 8.1.
2. Aplikasi VirtualBox yang digunakan saat ini versi 4.3.6 r91406. Unduh aplikasinya di alamat http://www.virtualbox.org.
3. File image Debian dalam format ISO. Versi yang digunakan saat ini Debian Wheezy
7.3 (debian-7.3.0-i386-DVD-1.iso). File-nya dapat diunduh pada alamat http://debian. org. Apabila ingin menggunakan distro lainnya disarankan untuk membaca panduan instalasi yang disertakan pada situsnya atau forum diskusi terkait.
4. Demi kelancaran proses instalasi, koneksi internet sementara dapat dinonaktifkan.
5. Pastikan ada ruang kosong minimal 8 GB, misalnya pada kasus ini komputer virtual akan disimpan di drive D karena masih memiliki ruang kosong sebesar 11 GB.
Langkah-langkah instalasinya akan dibagi menjadi lima tahapan besar, yakni
1. konfigurasi Virtualbox untuk melakukan menempatkan file komputer virtual pada drive D;
2. pembuatan komputer virtual Debian;
3. penyertaan file image Debian;
4. penentuan urutan booting; dan
5. instalasi Debian.
Berikut perincian dari kelima langkah-langkah instalasi di atas.
1. Konfigurasi VirtualBox
Tahapan ini dapat dilewati jika ingin menyimpan komputer virtual di lokasi bawaan VirtualBox, yakni di drive System Windows (biasanya drive C). Apabila menggunakan sistem Linux, secara default lokasi instalasi komputer virtual ada di lokasi direktori home masing-masing user (biasanya di file system/home).
a. Pastikan aplikasi VirtualBox telah terinstal. Bukalah aplikasi VirtualBox.
b. Buka menu File > Preferences atau dapat menekan Ctrl + G.
c. Pada tab General > untuk input Default Machine Folder pilih opsi Other kemudian tentukan lokasi file komputer virtual yang akan disimpan, misalnya pada lokasi D:\DATA\VirtualBoxDisk.
d. Untuk menyelesaikan tekan OK.
2. Pembuatan Komputer Virtual Debian
Langkah-langkah pembuatan virtual Debian sebagai berikut.
a. Pada aplikasi VirtualBox buka menu Machine > New atau toolbat New atau tekan Ctrl + N untuk membuat komputer virtual baru.
b. Pada jendela yang muncul, entri Name (isikan dengan “debian” tanpa tanda kutip) seperti gambar berikut. Selanjutnya klik Next.
c. Pada jendela berikutnya, isikan memori maksimal dari komputer yang akan digunakan untuk menjalankan komputer virtual Ubuntu. Pada kasus ini isikan dengan 512 MB. Disarankan jika mampu isikan nilai 1024 MB dan yang penting tidak melewati batas warna hijau dari bar.
d. Pada jendela berikutnya, penentuan besarnya hard disk yang akan digunakan untuk komputer virtual Ubuntu. Pilih Create a virtual hard drive now.
e. Pada jendela berikutnya, pilihlah jenis hard drive VDI (VirtualBox Disk Image). Kemudian klik Next.
f. Pada jendela yang muncul pilih Dynamically allocated, kemudian klik Next.
g. Pada jendela ini, biarkan tetap 8 GB untuk ukuran hard drive-nya. Klik Create
untuk melanjutkan.